MANAJEMEN PEMERAHAN
(Teknik dan Cara Pemerahan)
(Manajemen
Usaha Ternak Perah)
OLEH :
KELOMPOK 3
MULYUTHA : E1E111204
AKBAR BUDIANSA :E1E111017
SUSILAWATI :
E1E111201
RAHMI IKA SEPTIANI :
E1E111207
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Sapi perah
adalah ternak yang produksi utamanya adalah air susu. Susu merupakan hasil
akhir dari ternak perah. Kebutuhan akan
susu sekarang meningkat sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi susu,
namun susu yang hasilkan juga harus higienis, tidak tercemar dan terjamin
kualitasnya. Untuk menghasilkan susu
yang terjamin kualitasnya maka, penanganan, peralatan dan pemerahan harus
dilakukan dengan benar untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu,
disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin.
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi
perah. Hal ini disebabkan karena susu adalah produk utama dari sapi perah, dan
jika tidak ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya
dengan kandungan nutrisi menyebabkan mikroba akan mudah berkembang biak pada
susu, demikian juga berbagai pencemer lainnya berupa material fisik dari
lingkungan sekitar, dan juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada.
Berdasarkan hal ini, maka dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan
setelah proses pemerahan ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus
segera ditangani dengan baik dan benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk
menghindari kerusakan pada produk susu yang telah diperah.
Pemerahan
pada umumnya masih tradisional atau manual yaitu masih menggunakan tangan dan
jari-jari tangan manusia, sedangkan pemerahan secara mekanik masih jarang
dijumpai, hal ini karena masih rendahnya pemilikan sapi perah yaitu antara 2-5 ekor per peternak.
Begitu pula dalam penggunaan peralatan masih secara tradisional
Tujuan
Untuk mengetahui dan menpelajari
cara serta teknik pemerahan susu agar pada proses pemerahan tidak terjadinya
pencemaran terhadap susu serta kualitas susu terjamin
PEMBAHASAN
A.
Manajemen Pemerahan
Pemerahan
adalah tindakan mengeluarkan susu dari
ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi
susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan
yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan
(Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Tujuan dari
pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila
pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu
cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).
1.
Fase Persiapan
Gambar 1.Gambar fase Persiapan.
Sebelum
diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke
kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus
dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya
(Syarief dan Harianto, 2011),
2.
Pelaksanan Pemerahan Susu
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang
teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan
sampai tuntas, tengan menggunakan prosedur sanitasi,
serta efisien dalam menggunaan tenaga kerja
(Prihadi, 1996).
Berusaha memperoleh
hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan
pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap
sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah
sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis,
yang sangat merugikan hasil susu.
Dengan
menggunakan 2 teknik pemerahan yaitu
teknik pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi) dan teknik pemerahan
manual/ tangan.
A. Menggunakan
Mesin Perah
Sebelum sapi
diperah, kandang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air
bersih. Yang lebih penting adalah bagian puting ambingnya. Karena jika puting
sapi yang akan diperah dalam keadaan masih kotor, maka mikroba yang menenempel
dapat terbawa dan menyebabkan terjadinya kontaminasi atau pencemaran bakteri.
Dalam waktu yang singkat, mikroba pada susu akan tumbuh dan berkembang lebih
cepat dan nilai kwalitas susu menjadi jelek dan dianggap susu rusak. Jika susu
sudah dalam keadaan rusak dan terkontaminasi bakteri, maka dampaknya pada
konsumen yang meminumnya.
Langkah-langkah
yang harus diperhatikan dalam pemerahan menggunakan mesin perah yaitu :
1.
Sapi dan kandang dibersihkan dengan air
2.
Ambing harus diperhatikan kebersihannya
3.
Mesin perah disediakan
4.
Listrik dinyalakan
5. Dengan hati-hati mesin penyedot
(vacum leaner) ditempatkan satu-persatu pada bagian putingnya
6. Ketika pemerahan sedang berjalan,
berilah catatan (recording) pada setiap tabung yang sudah terisi susu sesuai
dengan nomor sapinya.
7. Setelah
pemerahan selesai, maka alat-alat dibersihkan dan disimpan kembali pada tempat
yang tersedia
Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan menggunakan mesin perah
a)
Dengan menggunakan mesin perah, maka hasil pemerahan lebih optimal. Karena pada
saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana
b)
Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat
c)
Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah
d)
Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil
2. Kekurangan
a) Biaya untuk membeli mesin terlalu
mahal
b) Jika semua mesin dinyalakan maka listrik
yang terpakai juga harus besar
Pelaksanan penanganan susu yang baik
(Good Handling Practices) memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar
sesuai tempat tahapan penanganan susu dilakukan. (Anonim, 2011)
Alat
Yang Ada Dipemerahan Sapi Antara lain:
a. Ember Susu
Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
b. Saringan Susu / Strainer
Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan
(rambut, sel ephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar
bersih.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan
No. 17/1983 tentang wadah susu
c. Milk Can
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil
pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center)
maupun ke Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2
jam dari proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium,
berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan
No. 17/1983 tentang wadah susu
d. Mesin Pemerah Susu
Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana
pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu
diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah
akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga
susu hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan
kapasitas pemerahan jauh lebih tinggi
Pada dasarnya semua mesin pemerah
susu terdiri atas :
1.
Pompa Vakum
2.
Pulsator
3.
Milk claw
4.
Sedotan puting (Teat cup)
5.
Wadah susu (Bucket)
Dikenal 3 (tiga) macam model mesin
perah susu, yaitu :
1.
Sistem
Bangsal Pemerahan (Milking parlor system)
Pemerahan
berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk
pemerahan.Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah.Setiap satu mesin
melayani seekor sapi.Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki
pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat
pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui
suatu tempat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di
holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal
(milking parlor).
Sistem
bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-macam,
antara lain:
a.
Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double
heringbone milking, parlor)
b.
Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon
milking parlor}
c.
Sistem komidi putar (rotary milking parlor)
2.
Sistem
ember (Bucket system)
Sistem ember adalah salah satu sistem
pemerahan yang menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat
dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain. Sitem ini cocok digunakan
untuk petemak kecil.Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung di ember yang
terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi
ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangkipendingin.
Pemerahan dengan sisitem ini dapat
diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang
dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok.
Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan
dapat menekan kandungan kuman dalam susu.
3.
Sistem Pipa
(Pipe line system)
Pada
sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi yang
akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke
sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki
pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.
B.
Pemerahan dengan Tangan/Manual
Pemerahan
dengan tangan ini menghendaki suatu
pekerjaan yang teliti dan halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk
pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan pemerahan sususapi, ada beberapa hal yang harus
disiapkan oleh peternak, diantaranya :
·
cuci/bersihkan ambing sapi dengan air hangat
·
kandang sapi sudah dibersihkan
·
peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril
Kegunaan
pembersihan ambing dengan air hangat bertujuan untuk :
·
merangsang keluarnya air susu
·
mengurangi kemungkinan air susu terkontimanasi oleg bakteri
·
mengurangi munculnya mastitis (menurunkan produksi susu
hingga 30 %.)
Suhu
air yang digunakan untuk mencuci ambing sapi berada diantara 48 – 57 derajat
celcius, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.
Setelah
fase pemerahan Ada 3 cara pemerahan
dengan tangan yaitu :
1. Whole hand (tangan penuh)
Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan
menjadi panjang olehnya. Cara ini dilakukan pada puting yang agak panjang
sehingga dapat dipegang dangan penuh tangan. Caranya tangan memegang puting
dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting
diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti dengan jari tengah, jari manis,
dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan memancar
ke luar. Setelah air susu itu keluar, sekluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi
dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-kali.
Jika ibu jari dan telunjuk kurang menutupi rongga puting,
air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam ambing dan sapi
akan kesakitan. Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan sepenuh
tangan. Teknik ini dilakukan dengan cara
menggunakan kelima jari. Puting dipegang antara ibu dari dan
keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari
tadi (Syarief dan Harianto, 2011).
2.
Stripping (perah jepit)
Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang
digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air
susu tertekan ke luar melalui lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil
menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam cistern (rongga susu).
Pijatan dan geseran ke bawah diulangi
lagi. Cara ini dilakukan hanya untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting
yang kecil atau pendek yang sukar dikerjakan dengan cara lain.
3. Knevelen (perah pijit)
Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi
dengan membengkokan ibu jari, cara ini
sering dilakukan jika pemerah merasa lelah.. Lama-kelamaan bungkul ibu jari
menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi yang memiliki
puting pendek. (Syarief dan Harianto, 2011).
Gambar
2. Pemerahan dengan tangan
3.
Pasca Pemerahan
Selesai
diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah
dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang
kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan
selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan untuk
memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil
pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring
agar kotoran saat pemerahan tidak ikut
masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto, 2011).
Sesudah
pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam
larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarief
dan Sumoprastowo, 1990).
4.
Pengaturan Waktu Pemerahan
a) Musim
Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang panas produksi susu sapi umumnya menurun.
Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak.
Sapi yang melahirkan di musim dingin atau musim gugur umumnya produksi susunya lebih tinggi dibandingkan yang melahirkan di musim panas. Jadi pada cuaca yang panas produksi susu sapi umumnya menurun.
Pada sapi yang digembalakan, umumnya produksi susunya menurun pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan, ini hubungannya dengan ketersediaan hijauan makanan ternak.
b) Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya sapi diperah 2 kali
sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan yang dilakukan lebih dari 2 kali
sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi susu tinggi, misalnya
pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3 kali sehari;
sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat diperah
3 kali sehari.
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik (1953).
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
Bila sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerehan tersebut, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas air susu. Bila sapi diperah 4 kali sehari, kadar lemak akan tiggi pada besok paginya pada pemerahan pertama. Makin sering sapi diperah, produksi susu akan naik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian dari Kendrik (1953).
Kenaikan hasil susu itu tergantung
pada kemampuan sapi itu untuk perproduksi, makanan dan manajemen.
C.
Menghadapi
sapi yang sukar diperah
Persiapan pemerahan yang perlu diperhatikan oleh para
petugas antara lain adalah menenangkan sapi yang akan diperah, membersihkan kandang,
membersihkan bagian tubuh bagi sapi yang akan diperah, mengikat sapi, pencucian
tangan petugas dan upaya melicinkan puting.
a. Menenangkan sapi
Dalam rangka
pemerahan, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah usaha menenangkan
sapi yang akan diperah supaya proses pemerahan dapat dilakukan dengan lancar.
Usaha untuk menenangkan sapi pada umumnya ditempuh dengan cara:
- Memberikan makanan penguat terlebih dahulu bagi
sapi-sapi yang akan diperah.
- Petugas mengadakan pendekatan dengan cara memegang-megang
bagian tubuh sapi
- Menghindarkan lingkungan kandang terjadi kegaduhan
seperti adanya sekelompok tamu masuk ke dalam kandang, atau berlalu-lalang di
sekitar kandang, suara-suara asing yang mengejutkan, dan lain sebagainya.
b. Membersihkan
kandang dan bagian tubuh sapi
Usaha membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi berkaitan erat dengan
kebersihan dan kesehatan hasil susu yang akan dipasarkan kepada para konsumen.
Usaha membersihkan tempat/kandang dan bagian-bagian tubuh sapi yang dapat
mengotori hasil pemerahan dapat dilakukan dengan cara:
- Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air yang
bertekanan tinggi. Dengan cara demikian sisa-sisa makanan yang telah basi dan
berbau tercuci bersih, sehingga susu tidak tercemari oleh kotran yang berada di
dalam kandang.
- Apabila menjelang pemerahan sapi belum sempat
dimandikan, maka kotoran yang melekat pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti
pada lipatan paha, ambing, dan puting dicuci terlebih dahulu.
- Mencuci ambing dan puting dengan air hanga tdan desinfektan;
ambing digosok dengan spon, kemudian dikeringkan dengan kain lap yang lunak.
Pada saat itu ambing sedikit dimasase pelan-pelan. Pencucian ambing dengan air
hangat dan desinfektan ini ialah untuk menjaga kebersihan air susu dan
mengurangi pencemaran. Sedangkan dilakukan masase adalah untuk merangsang
keluarnya air susu.
- Setelah puting dikeringkan dengan kain satu per satu,
kemudian satu atau dua pancaran perahan awal (stripping) dari setiap puting
dibuang atau ditampung di tempat tertentu untuk pengamanan. Air susu hasil
stripping itu kotor, maka tidak boleh dicampur dengan hasil susu perahan
berikutnya yang bersih. Sehabis dilakukan pemerahan saluran susu pada puting
selalu terbuka, maka harus diusahakan agar tidak kemasukan kotoran ataupun bakteri.
Hasil perahan yang terkena infeksi mastitis tidak boleh
dicampur dengan air susu lainnya yang sehat. Sebab, air susu yang kena infeksi
mastitis tidak boleh dikonsumsi.
c. Mengikat sapi
Sapi yang akan diperah diikat dengan tali yhang pendek di suatu tempat yang
sudah dipersiapkan. Tujuan pengikatan sapi ini adalah agar sapi tidak berontak.
Disamping
sapi itu diikat, kaki belakang dan ekornya pun perlu diikat pula, terutama
sapi-sapi yang nakal, suka berontak atau menyepak. Sedangkan pengikatan ekor dimaksudkan
agar sapi tidak mengibas-ngibaskan ekornya sehingga mengotori air susu dalam
ember. Caranya ialah ujung ekor diikat dengan salah satu kaki belakang. Dan
apabila petugas memerah di sebelah kanan, maka pengikatan ekor berada di
sebelah kiri.
d. Mencuci tangan
Semua petugas yang
akan melaksanakan pemerahan harus mencuci tangan terlebih dahulu dengan air
bersih agar air susu hasil perahan sehat dan bersih, tidak tercemar oleh
kotoran dari tangan pemerah. Menurut Prof. Dr. Soewarno T. Soekarno, pada telapak
tangan manusia ada ribuan hingga puluhan ribu mikroorganisme per cm2.
Pencucian tangan hendaknya menggunakan air hangat yang bersih, menggunakan
sabun dan desinfektan. Kemudian dikeringkan dengan kain lap dan tangan diolesi
dengan minyak kelapa, agar pemerahan dapat lebih lembut, sapi tidak merasa
sakit.
e. Melicinkan puting
Puting dari sapi yang akan diperah perlu diolesi minyak kelapa atau vaselin
agar menjadi licin sehingga memudahkan proses pemerahan dan sapi tidak
merasakan sakit. Jika puting licin dan tangan petugas pun lembut karena diolesi
minyak, maka sapi yang diperah tidak akan berontak, terutama bagi sapi yang
baru pertama kali berproduksi.
f. Merangsang
keluarnya air susu melalui pedet dan pemerahan bertahap
Khusus bagi sapi-sapi yang baru pertama kali berproduksi
kadang-kadang masih sulit diperah. Jika petugas menghadapi kasus smacam itu
dapat dicoba dengan cara:
- Menyusukan pedet pada induk yang akan diperah sebagai
langkah awal pemerahan, sehingga proses pemerahan selanjutnya dapat dilaksanakan
secara lancar
- Melakukan pemerahan bertahap, yakni sapi diperah
sedikit demi sedikit. Dengan demikian sapi menjadi terbiasa untuk diperah. Bagi
sapi-sapi yang telah terbiasa diperah jika didekati tenang dan siap untuk
diperah.
g. Perlengkapan dan
peralatan
Sebelum melaksanakan pemerahan, petugas harus mempersiapkan perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan terlebih dahulu. Perlengkapan dan peralatan
tersebut antara lain: ember tempat pemerahan, tali pengikat kaki, tali pengikat
ekor (jika hal ini diperlukan),milk-can untuk menmpung air susu, dan kain
bersih untuk menyaring susu terhadap kotoran dan bulu sapi pada saat susu
dituangkan ke dalam milk-can.
Semua
alat yang digunakan sebelum dan sesudah dipakai harus selalu dalam keadaan
bersih atau steril. Agar semua peralatan yang dipakai menjadi steril, alat-alat
ersebut harus dicucihmakan dengan cara merendam dalam larutan desinfektan, lalu
dicuci dengan air, selanjutnya dibilas dengan air panas dan dijemur.
Walaupun sapi dapat diperah beberapa kali sehari namun pada umumnya hanya
dilaksanakan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Setiap proses pemerahan
dilakukan dengan secepat mungkin, sebab pemerahan yang terlalu lama akan
menimbulkan efek yang kurang baik bagi sapi yang diperah.
Awal pemerahan harus dilakukan dengan hati-hati, lembut,
dan pelan, kemudian dilanjutkan sedikit lebih cepat, sehingga sapi yang diperah
tidak terkejut atau takut.
D.
Pemerahan
darurat sebelum melahirkan
Jika ingin
mendapatkan air susu segar, padahal sapi kita sedang bunting, maka pemerahan
air susu yang baik adalah 15 hari sebelum melahirkan dan 7 hari setelah
melahirkan.
Mengapa harus kita lakukan demikian
?sebab 15 hari sebelum partus (melahirkan) komposisi air susunya belum seperti
apa yang kita inginkan. Kemudian air susu pada awal laktasi, sebelum 7 hari
masih berupa kolestrum.
Susu yang masih banyak mengandung
kolestrum ini sangat tidak baik diminum, hanya sangat baik buat anak sapi itu
sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung antibody. Yaitu zat – zat
penguat bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit. (Muljana, W. 1985)
KESIMPULAN
Pemerahan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
jam 06.00 WIB dan sore hari jam 16.00 WIB. Persiapan yang dilakukan yaitu sapi
digiring ke tempat pemerahan kemudian sebelum diperah ambingnya
dibersihkan terlebih dahulu dengan menyemprotkan air menggunakan selang serta
memberikannya konsentrat agar sapi tenang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Muljana (1985)
yang menyatakan bahwa sebelum pemerahan dimulai, pemerah
mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya, kuku tangan
pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah
dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah
disediakan dan dalam keadaan yang bersih. Syarief dan
Harianto (2011) menambahkan bahwa sebelum diperah sapi
dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak
mengiba-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan
sehat serta setiap puting dicek kesehatannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Muljana,
W. 1985.Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang.
Prihadi.1996.
Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Wangsa
Manggala. Yogyakarta.
Putra, A.
2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi
Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro, Semarang
Syarief,
M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.
Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan
Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.
http://devirisandi.blogspot.com/2008/12/syarat-syarat-pemerhan-sapi-perah.html
http://cukupnurohmat.blogspot.com/2012/11/manajemen-sapi-perah.html
http://indobeta.com/tata-cara-pemerahan-susu-sapi/12603/